China: PHK Massal, Gejolak Sosial, Uji Kredibilitas Xi

keepgray.com – China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, menghadapi perlambatan ekonomi serius yang berpotensi menjadi resesi mendalam disertai gejolak sosial. Kombinasi PHK massal, kebangkrutan perusahaan, dan penurunan kepercayaan konsumen menggerus fondasi ekonomi China, yang selama beberapa dekade dikenal sebagai mesin pertumbuhan global.

Editorial Maldives Insight pada Minggu (13/7/2025) menyebutkan bahwa narasi pertumbuhan China yang identik dengan lonjakan kelas menengah, industrialisasi besar-besaran, dan dominasi sebagai kekuatan manufaktur dunia kini mengalami keretakan. Beberapa bulan terakhir memperlihatkan kerentanan struktural yang sulit ditutupi.

Ekonom dan analis meyakini bahwa China berada di ambang kontraksi ekonomi paling parah dalam beberapa dekade, dengan potensi dampak global yang signifikan. Dari manufaktur di Guangdong hingga pusat teknologi di Shanghai dan Beijing, perusahaan memangkas tenaga kerja dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sektor teknologi, simbol ambisi China dalam kecerdasan buatan dan inovasi, dilanda ketidakpastian. Raksasa teknologi seperti Alibaba, Tencent, dan ByteDance telah mengumumkan pemangkasan karyawan besar-besaran dalam setahun terakhir.

Industri properti, pilar pertumbuhan ekonomi China, mengalami penurunan sejak kejatuhan pengembang besar seperti Evergrande dan Country Garden. Krisis ini menyebabkan ribuan orang kehilangan pekerjaan di sektor konstruksi, manajemen properti, dan rantai pasok.

Perusahaan milik negara, yang dianggap sebagai tempat kerja stabil, mulai melakukan pemangkasan tenaga kerja karena tekanan keuangan yang meningkat. Sektor manufaktur, yang dijuluki sebagai “pabrik dunia,” juga terdampak. Permintaan ekspor China melemah di tengah perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan eksodus investor asing ke Asia Tenggara dan India. Penutupan pabrik dan pemangkasan karyawan menjadi pemandangan umum di wilayah-wilayah industri utama.