keepgray.com – Pemerintah Indonesia tetap menawarkan potensi impor dan investasi senilai US$34 miliar atau setara Rp551 triliun kepada Amerika Serikat, meskipun masih dikenakan tarif 32 persen.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menyatakan bahwa peluang tambahan impor dan investasi ini merupakan bagian dari respons Indonesia atas keputusan Amerika Serikat yang tidak memberikan potongan tarif.
“Jika transaksi itu memang menguntungkan, baik itu penawaran government to government (G2G) maupun business to business (B2B), ya pantasnya kita tetap menjalankan,” ujar Haryo dalam konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (9/7).
Haryo menambahkan bahwa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah bertolak ke Amerika Serikat setelah mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Brasil. Ia juga menegaskan bahwa tarif 32 persen tersebut belum final.
Pemerintah Indonesia meyakini bahwa masih ada ruang diskusi untuk merespons keputusan tersebut. Airlangga dijadwalkan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dan Pejabat USTR Duta Besar Jamieson Greer.
“Untuk bertemu (langsung) dengan Presiden Trump, sampai sejauh ini belum ya,” tegasnya. “Kita berharap hari ini Pak Menko (Airlangga) bisa sampai di Amerika. Yang jelas dengan Lutnick itu kemarin sudah terjadwal, yang Greer sama Bessent itu sedang dalam pengaturan,” tutup Haryo.
Sebelumnya, Indonesia telah menawarkan untuk mengimpor produk-produk AS senilai Rp551 triliun, meskipun defisit perdagangan yang dicatatkan hanya US$19 miliar. Namun, tawaran tersebut belum berhasil meluluhkan hati Presiden AS Donald Trump, yang memutuskan untuk tetap memberlakukan tarif 32 persen sejak pengumuman awal pada 2 April 2025.