Palapa: Sejarah & Tonggak Telekomunikasi Indonesia

keepgray.com – Setiap tanggal 9 Juli, Indonesia memperingati Hari Satelit Palapa, sebuah momentum penting yang menandai dimulainya era komunikasi satelit nasional. Peringatan ini merujuk pada peluncuran Palapa A1, satelit pertama milik Indonesia, yang diluncurkan pada 9 Juli 1976. Peluncuran ini menjadi tonggak sejarah yang monumental bagi perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia.

Satelit Palapa A1 diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada 8 Juli 1976 pukul 23.31 UTC atau 9 Juli 1976 pukul 06.31 WIB. Keberhasilan peluncuran ini menempatkan Indonesia sebagai negara berkembang pertama di dunia yang mampu mengoperasikan sistem satelit komunikasi domestik.

Nama Palapa diambil dari “Sumpah Palapa” yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada pada tahun 1334 Masehi di era Kerajaan Majapahit. Presiden RI ke-2, Soeharto, dalam bukunya Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989), menjelaskan bahwa penggunaan nama Palapa melambangkan cita-cita untuk mempersatukan seluruh Nusantara.

Ide untuk membangun sistem satelit domestik muncul dari kekhawatiran Soeharto terhadap luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Ia meyakini bahwa komunikasi yang cepat sangat penting untuk mempercepat pembangunan nasional setelah era Orde Lama, sehingga Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju lainnya.

Untuk mewujudkan ide tersebut, Soeharto menugaskan Mayjen TNI Soehardjono (Dirjen Pos dan Telekomunikasi) dan Ir. Sutanggar Tengker Yahya (Direktur Telekomunikasi di Ditjen Pos dan Telekomunikasi) untuk merealisasikan proyek satelit Palapa. Tantangan utama saat itu adalah keterbatasan teknologi dan masalah pembiayaan yang besar.

Satelit Palapa A1 dibuat oleh Hughes Aircraft Company (AS) dengan model HS-333, mirip dengan satelit domestik yang digunakan di Kanada dan Amerika Serikat. Satelit ini memiliki 12 transponder dengan kapasitas 6.000 sirkuit suara atau 12 saluran televisi berwarna. Satelit ini memiliki masa aktif tujuh tahun, tinggi 3,41 meter, diameter 1,9 meter, dan berat 574 kg. Pengoperasian satelit ini sepenuhnya dikendalikan oleh Perumtel, yang sekarang dikenal sebagai Telkom Indonesia.

Jangkauan sinyal Palapa A1 mencakup seluruh wilayah Indonesia dan sebagian wilayah Asia Tenggara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Selain mendukung sistem komunikasi domestik, transponder Palapa A1 juga digunakan oleh TVRI dan Kementerian Pertahanan dan Keamanan.

Dengan keberhasilan ini, Indonesia menjadi negara pertama di Asia dan ketiga di dunia yang mengoperasikan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) berbasis satelit geostasioner, setelah Amerika Serikat dan Kanada.

Satelit Palapa A1 tidak hanya mempercepat konektivitas telepon dan faksimili antar kota, tetapi juga menjadi infrastruktur utama untuk menyebarkan siaran televisi nasional. Kesuksesan Palapa A1 diikuti oleh generasi satelit Palapa berikutnya, serta kehadiran operator satelit nasional lainnya seperti Telkom, Indosat, PSN, MNC, hingga BRI.

Hingga saat ini, tercatat ada sembilan jenis satelit Palapa yang pernah diluncurkan, dimulai dari Palapa A1 (1976–1983), Palapa A2 (1977–1987), Palapa B1 (1983–1990), Palapa B2 (1984, gagal), Palapa B2P (1987–1996), Palapa B2R (1990–2000), Palapa B4 (1992–2005), Palapa C1 dan C2 (1996–2011), hingga Palapa D (2009–2024). Regenerasi satelit Palapa mencerminkan upaya berkelanjutan Indonesia untuk memperkuat infrastruktur komunikasi di era digital.

Sebagai bentuk penghormatan atas peran penting Palapa dalam membangun kedaulatan komunikasi nasional, peluncuran satelit pertama ini diperingati setiap tanggal 9 Juli sebagai Hari Satelit Palapa.