keepgray.com – Bripda Muhammad Faturrahman, lulusan polisi bintara kompetensi khusus (bakomsus) Ketahanan Pangan Polri, berupaya mengatasi kendala yang dihadapi pelaku budidaya ikan Lele terkait tingginya harga pakan. Solusi yang ia tawarkan adalah mengawal distribusi subsidi agar tepat sasaran dan berinovasi dalam produksi pakan alternatif.
Faturrahman menyatakan, “Kendala di bidang perikanan adalah mahalnya pakan ikan. Hal ini membuat petani-petani ikan gulung tikar atau berhenti karena pakan ikan terlalu mahal. Ke depannya, kami mengharapkan dapat membuat pakan alternatif agar memudahkan masyarakat,” seperti dikutip dari rilis SSDM Polri, Senin (23/6/2025).
Pria berusia 27 tahun ini menambahkan, perannya di lapangan adalah menjadi perpanjangan tangan masyarakat kepada pemerintah, memastikan subsidi tersalurkan dengan baik. Ia juga berkomitmen menjaga alur distribusi pakan Lele dan pupuk bagi petani untuk mencegah penumpukan.
Untuk menggairahkan kembali sektor perikanan, khususnya di tingkat rumah tangga, Faturrahman akan menggunakan pendekatan persuasif, seperti meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sistem Budidaya Ikan dalam Ember (Budikamber). “Strategi saya adalah menggunakan pendekatan persuasif terhadap masyarakat. Dengan bagaimana kita mengajak masyarakat untuk melakukan ketahanan pangan secara kecil-kecilan, seperti bagaimana kita mengonsumsi ikan di rumah. Contohnya Budikdamber, yaitu penggabungan budidaya ikan dan tumbuhan seperti kangkung atau sawi,” jelas sarjana Budidaya Perairan Fakultas Perikanan asal Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau ini.
Faturrahman mengungkapkan permintaan suplai ikan Lele di daerah asalnya sangat tinggi karena banyaknya warung Pecel Lele dan restoran yang mengolah Lele. Ia dan teman-temannya pernah mencoba membuka kolam Lele, namun usaha tersebut sementara dihentikan karena ia harus mengikuti pendidikan kepolisian.
“Kalau untuk di Kabupaten Lingga, tepatnya di Kecamatan Singkep, ada beberapa petani ikan yang membudidayakan ikan lele. Konsumsi ikan lele di Kecamatan Singkep sangat banyak, dibutuhkan untuk rumah makan seperti pecel lele dan lain-lain, dimana sering terjadi kekurangan ikan lele. Untuk itu, saya dan rekan-rekan yang lain ke depannya ingin menambahkan kolam lagi dan sebagainya,” ujarnya.
Fatur menambahkan bahwa usaha budidayanya di kampung halamannya dihentikan sementara karena tidak ada yang merawat, mengingat perawatan ikan membutuhkan perhatian ekstra untuk menjaga kualitas air. Ia berharap setelah menyelesaikan pendidikan polisi, usahanya dapat dilanjutkan kembali.
Fatur juga menyambut baik misi Ketahanan Pangan yang digalakkan Presiden Prabowo Subianto, karena dinilai sangat membantu masyarakat. “Ketahanan pangan baik itu pertanian, perikanan, atau peternakan, hal ini sangat membantu masyarakat. Saat bertemu masyarakat, saya akan tanyakan apa yang menjadi kendala bagi petani ikan. Dari situ kita akan cari solusi dan saling sharing dengan instansi lain ataupun pimpinan kita,” pungkasnya.
Rekrutmen bakomsus Ketahanan Pangan dan MBG dilakukan oleh Bagian Penyediaan Personel Staf Sumber Daya Manusia (Bagdiapers SSDM) Polri sejak November 2024, dengan proses rekrutmen berlangsung sepanjang Desember 2025. Polri menetapkan persyaratan pendaftar Bakomsus Pertanian, Peternakan, dan Perikanan mulai lulusan SMK, D3, D4, hingga sarjana, sementara untuk Bakomsus Ahli Gizi dan Kesehatan Masyarakat syarat pendidikan D4 dan sarjana.
Penerimaan anggota Polri jalur Bakomsus Pertanian, Perikanan, Peternakan, Ahli Gizi, dan Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu strategi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam mempercepat tercapainya misi Swasembada Pangan dan terlaksananya program Makan Bergizi Gratis dengan optimal, yang merupakan bagian dari Asta Cita dalam Pemerintahan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Program Makan Bergizi Gratis dicanangkan untuk memperbaiki kualitas kesehatan anak-anak Indonesia agar tumbuh SDM unggul yang siap mewujudkan Indonesia Emas 2045.