Lahirnya Nabi Muhammad SAW: Kisah 12 Rabiul Awal

keepgray.com – Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan Tahun Gajah, yaitu sekitar 570 atau 571 Masehi. Tahun tersebut dinamakan Tahun Gajah karena pada waktu itu, pasukan Abrahah yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah dari Yaman berupaya menghancurkan Ka’bah, namun gagal atas izin Allah SWT.

Raja Abrahah al-Asyram, sebagaimana dikutip dari kitab *Ar-Rahiqul Makhtum: Sirah Nabawiyah* karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, memiliki ambisi membangun gereja megah di Shan’a bernama al-Qalis. Ia berharap gereja itu menjadi tempat ibadah terbesar yang menyaingi Ka’bah di Makkah, sehingga ia berambisi menghancurkan Ka’bah. Allah SWT kemudian mengirimkan burung Ababil yang membawa batu panas untuk menghancurkan pasukan Abrahah.

Nabi Muhammad SAW lahir dari keluarga suku Quraisy, yaitu Bani Hasyim. Ibunya bernama Aminah binti Wahab, dan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ayahnya wafat sebelum Nabi SAW lahir. Setelah lahir, Muhammad diasuh oleh Halimah dari Bani Sa’ad untuk disusui hingga usia dua tahun, lalu dikembalikan kepada Aminah saat berusia empat tahun. Setahun kemudian, Aminah meninggal dunia.

Setelah Aminah wafat, hak asuh Muhammad jatuh ke tangan kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian, sang kakek wafat. Rasulullah SAW yang saat itu berusia delapan tahun kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, yang disegani oleh penduduk Quraisy dan Makkah meskipun bukan seorang saudagar kaya.

Pada masa kecilnya, Nabi Muhammad SAW membantu pamannya dengan menggembala kambing. Ketika berusia 12 tahun, ia diajak pamannya berdagang ke negeri Syam dan bertemu dengan Buhaira, seorang pendeta Nasrani yang menguasai Injil dan ajaran Yahudi, di daerah Bushra, Syam. Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad kecil dan khawatir orang Yahudi akan berbuat jahat jika mengetahui hal itu. Abu Thalib kemudian membawa Muhammad kembali ke Makkah.

Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang jujur dan bertanggung jawab, sehingga masyarakat Makkah memberinya gelar Al Amin, yang berarti orang yang dapat dipercaya.