Ekonomi Iran: 7 Fakta di Tengah Konflik

keepgray.com – Republik Islam Iran menjadi sorotan dunia atas keberaniannya menghadapi serangan Israel, yang mengguncang perekonomian global mengingat posisi Iran sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia. Namun, seberapa kuat sebenarnya perekonomian Iran hingga berani terlibat konflik dengan Israel?

Merujuk data Dana Moneter Internasional (IMF), produk domestik bruto (PDB) per kapita Iran sekitar US$1.750.000, lebih rendah dari Indonesia yang mencapai US$5.030.000. PDB Indonesia mencapai US$1,43 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 4,7 persen pada kuartal terakhir, sementara utang bruto pemerintah sebesar 41 persen dari PDB. PDB Iran tercatat US$341,01 miliar dengan pertumbuhan ekonomi 0,3 persen dan utang bruto pemerintah 39,9 persen dari PDB.

Iran memiliki tingkat pengangguran yang tinggi, dengan 9,5 persen dari 87,5 juta penduduknya (sekitar 8,3 juta orang) tidak memiliki pekerjaan. Sebagai perbandingan, Indonesia memiliki tingkat pengangguran 5 persen dari total 284,44 juta penduduk (sekitar 14,2 juta orang).

Data Solusi Perdagangan Terintegrasi Dunia (WITS) dari Bank Dunia mencatat PDB Iran pada 2022 sebesar US$388,5 miliar, dengan perdagangan mencakup 37,67 persen dari PDB. Pada 2022, impor Iran mencapai US$58,7 miliar, dengan China menjadi mitra dagang impor terbesar (14,58 persen) diikuti Amerika Serikat (8,31 persen). Sementara itu, AS menjadi tujuan ekspor terbesar Iran (13,53 persen), diikuti China (8,75 persen).

The Observatory of Economic Complexity (OEC) mencatat bahwa polimer etilena, bahan pembuatan plastik, merupakan komoditas ekspor terbesar Iran dengan nilai US$1,85 miliar pada 2022. Komoditas ekspor utama lainnya meliputi bijih besi (US$1,3 miliar), turunan alkohol asiklik (US$871 juta), LPG (US$631 juta), dan tembaga olahan (US$560 juta). Impor terbesar Iran meliputi peralatan penyiaran (US$3,24 miliar), kendaraan bermotor dan suku cadang (US$1,27 miliar), jagung (US$1,27 miliar), kacang kedelai (US$1,24 miliar), dan badan kendaraan (US$1 miliar).

Sebagai salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia, Iran menduduki peringkat keempat sebagai produsen minyak mentah terbesar di OPEC menurut Lembaga Informasi Energi AS (US EIA). Negara ini juga merupakan produsen gas alam terbesar ketiga di dunia pada 2022, dengan cadangan minyak terbesar ketiga dan cadangan gas alam terbesar kedua di dunia, setara dengan 12 persen cadangan minyak dunia. Pada 2023, produksi minyak dan gas Iran mencapai 4 juta barel per hari, termasuk 2,9 juta barel minyak mentah. Sanksi dari AS membuat Iran mengakali penjualan minyaknya ke China. US EIA memperkirakan perusahaan minyak Iran meraup US$53 miliar dari ekspor minyak pada 2023.

Selain sektor energi, industri pertahanan dan persenjataan juga menjadi andalan Iran. International Centre for Defence and Security mencatat ekspor senjata Iran mencapai US$435 juta. Kemajuan industri pertahanan ini dipicu oleh perang dengan Irak, yang mendorong alokasi 6,6 persen dari PDB untuk belanja persenjataan. Pada 1990-an, larangan AS terhadap pasokan senjata nuklir ke Iran membuka hubungan dengan Uni Soviet, yang kemudian memasok persenjataan termasuk tank. Sebagai balas budi, Iran memasok persenjataan ke Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022.