Kebiri Babi Hutan Resahkan Warga Jaksel

keepgray.com – Kaburnya babi hutan dari sebuah shelter hewan liar di Jakarta Selatan (Jaksel) pada akhir pekan lalu membuat heboh warga setempat. Kelurahan setempat pun menegur pengelola shelter tersebut.

Lurah Pejaten Barat, Asep Ahmad Umar, menyatakan bahwa pihaknya telah menanyakan perihal izin shelter tersebut dalam sebuah rapat. “Memang perizinannya belum ada. Saya sampaikan minimal shelter ini sebagai mitra kita pemerintah Jakarta tolong berkoordinasi dengan wilayah,” ujarnya, seperti dilansir Antara, Selasa (17/6/2025).

Asep menambahkan, proses pengajuan izin seharusnya dilakukan secara bertahap, mulai dari warga hingga persetujuan dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pihaknya juga telah meminta pengelola shelter untuk membangun pagar yang memadai guna mencegah hewan peliharaan kabur.

“Tolong pagarnya betul-betul dijaga dengan baik. Kalau tidak ada celah keluar hewan tentu tidak akan bisa hewan keluar,” kata Asep.

Selain itu, Asep juga meminta Pejaten Shelter untuk mempertimbangkan kapasitas tampung lahan dengan jumlah hewan yang ditampung. Ia juga mengimbau agar mekanisme pembuangan kotoran diperhatikan agar tidak mengganggu kebersihan lingkungan.

“Tahun 2023 sampai dengan hari ini selalu yang dikeluhkan warga adalah masalah bau. Karena kalau di depan itu kan jalan raya ya, tapi kalau di belakang itu pemukiman warga yang cukup padat,” jelas Asep.

Menanggapi hal ini, pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, mengklaim telah memperbaiki fasilitas dengan memasang tembok semen untuk mencegah hewan kabur. Ia juga menyebutkan bahwa shelter telah memasang enam tangki septik dengan harapan dapat mengatasi masalah bau kotoran hewan.

Susana juga memastikan bahwa pihaknya telah bermitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan selama 14 tahun dan memiliki izin yang diperlukan. “Izinnya aman, nggak ada istilah legal nggak legal sebetulnya. Kan nggak ada penampungan gelap. Ini binatang semua kita steril,” tegasnya.

Susana mengakui bahwa babi yang kabur ke permukiman warga pada Sabtu (14/6) lalu berasal dari Pejaten Shelter. Ia berjanji akan mengebiri atau mensterilisasi babi tersebut untuk mencegah perkembangbiakan dan mengurangi keresahan warga.

“Saya lagi mencoba mensteril babi untuk nggak berkembang biak. Itu juga sudah dipikirkan,” ujarnya.

Menurut Susana, saat ini ada delapan babi hutan yang ditampung di shelter tersebut sejak lima tahun lalu. Sterilisasi dilakukan di Bandung, Jawa Barat, karena fasilitas serupa belum tersedia di Suku Dinas KPKP Jakarta Selatan. Ia menambahkan bahwa kondisi babi yang sempat pingsan kini telah pulih dan kembali ke penampungan.

Susana juga berharap ada pemilik lahan yang bersedia bekerja sama untuk mewujudkan kebun binatang mini atau pusat edukasi. Ia mengungkapkan bahwa Pejaten Shelter telah menampung berbagai jenis hewan liar, seperti babi hutan, anjing, kucing, hingga monyet, dan membutuhkan dukungan pihak lain untuk mengelola penampungan tersebut.

“Melalui media, saya mau nanya barangkali ada pemirsa yang punya lahan mau kerja sama untuk bikin kebun binatang mini,” katanya.

Susana menegaskan bahwa dirinya bukanlah kolektor hewan, melainkan murni peduli terhadap hewan liar yang tidak berpemilik. Pejaten Shelter sendiri telah menjalin kemitraan dengan Suku Dinas KPKP Jaksel untuk menampung hewan-hewan liar tersebut. “Saya bukan ‘animal collector’. Saya bukan kolektor binatang,” pungkasnya.