keepgray.com – Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Jazilul Fawaid, menyampaikan adanya potensi kerugian negara dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Kerugian ini disinyalir muncul akibat pelayanan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Jazilul menekankan perlunya perhitungan kerugian negara secara komprehensif sebagai dasar evaluasi sistemik terhadap tata kelola haji. Ia mencontohkan masalah transportasi, di mana jemaah yang seharusnya menggunakan bus terpaksa berjalan kaki. Hal ini, menurutnya, menimbulkan keuntungan bagi penyedia transportasi karena bus tidak digunakan dan biaya operasional berkurang, namun merugikan jemaah.
“Banyak hal yang perlu dihitung, misalnya saja transportasi. Ketika jemaah tidak menggunakan bus karena harus berjalan kaki, berarti bus tidak dipakai, tidak keluar biaya bahan bakar, sopir tidak bekerja. Ini berarti ada keuntungan di satu pihak, tapi kerugian di pihak jemaah,” kata Jazilul dalam pertemuan Timwas Haji bersama Kepala Daker Madinah, Jumat (13/6/2025).
Selain transportasi, Jazilul juga menyoroti masalah konsumsi yang banyak dikeluhkan jemaah. Ia menerima laporan bahwa sarapan dan makan siang sering digabung dalam satu paket, dan porsi makanan tidak sesuai dengan kebutuhan. Menurutnya, hal ini menimbulkan kerugian, baik secara material maupun moril, bagi jemaah.
“Yang dihitung sekarang baru kerugian moril. Tapi bagaimana dengan kerugian material yang ditanggung jemaah? Ini harus ada mekanisme penghitungan,” ujar politikus PKB tersebut.
Lebih lanjut, Jazilul menyinggung potensi kerugian negara yang lebih luas, termasuk petugas haji yang tidak menjalankan tugasnya namun tetap menerima tunjangan dan fasilitas. Ia mendesak Kementerian Agama untuk lebih terbuka dalam menjelaskan detail petugas haji, sistem kerja, dan evaluasi kinerja mereka. Transparansi ini dinilai penting untuk perbaikan pelaksanaan haji di tahun-tahun mendatang.
“Timwas mendukung penuh Kementerian Agama dan berharap ada pembelajaran dari Daker-daker, khususnya di Madinah yang relatif lebih tertib. Dari sana kita bisa mulai membangun sistem evaluasi yang lebih rapi, termasuk menghitung kerugian dengan lebih akurat,” pungkasnya.